Saat ini partai politik sudah bersifat seperti Multi Level Marketing atau yang dapat dipandang sebagai anggota mendapatkan anggota yang mempunyai jenjang kepangkatan seperti bintang 1, bintang 2, bintang 3, bintang 4, emas, permata, dan lain sebagainya.
Dan akibat daripada itu adalah sangat banyak sekali orang-orang yang termakan dengan marketing yang sangat luar biasa daripada partai-partai politik tersebut. Sangat banyak orang yang termakan dengan bualan-bualan, hal-hal gombal, dan janji-janji surga dari pemasaran Multi Level Marketing tersebut. Ternyata Multi Level Marketing berkulit partai politik ini sudah jelas tidak memberikan bukti yang jelas dalam sumbangsihnya kepada masyarakat dan bangsa yang seharusnya sudah dari dulu dilindunginya. Tetapi malahan semakin banyak orang-orang yang masih termakan dengan bualan-bualan, hal-hal gombal dan janji-janji surga dari pada Multi Lebel Marketing berkulit partai politik ini.
Hal ini menyebabkan sangat banyak orang yang sekedar ikut-ikutan, keren-kerenan, dan ikut-ikut meramaikan dengan diberikan sejumlah bualan-bualan, hal-hal gombal dan janji-janji surga. Akibatnya orang-orang yang ada di jajaran partai politik adalah orang-orang yang terlihat dengan sangat jelas dengan bukti yang akurat kurang berkualitas dalam melindungi bangsa yang seharusnya sudah dari dulu dilindunginya. Dan lucunya orang-orang ini menjual dirinya dengan sistem Multi Level Marketing juga yaitu dengan aksi menarik perhatian tanpa ada substansi atau memberikan omong kosong atau hal-hal yang sama dengan pendahulu mereka yaitu bualan-bualan, hal-hal gombal dan janji-janji surga. Akibatnya ya tidak ayal terjadi money politic. Dimana untuk mempertahankan orang-orang yang sebenarnya malas, terpaksa dan tak ada kerjaan tersebut mereka harus memberikan sejumlah tunjangan finansial untuk mempertahankan kekerabatan di antara mereka.
Hal ini tidak ayal menciptakan sistem yang ternyata tidak hanya Multi Level Marketing (penuh dengan bualan-bualan, hal-hal gombal dan janji-janji surga) tetapi juga money politic (akibat dirinya kurang meyakinkan malah memberikan suapan).
Jumlah partai politik di Indonesia juga adalah sangat banyak sekali. Dimana di negara-negara maju jumlah partai politiknya adalah beberapa saja. Hal ini menimbulkan sangat rapuhnya fondasi politik dimana selain partai politik kebanyakan ternyata juga isinya banyak yang kosong melompong karena hanya bermotif Multi Level Marketing dan kadang-kadang money politik bagi yang kurang percaya diri.
Akibat dari pada ini semua yaitu sangat mudahnya terjadi kerapuhan politik. Para profesional yang dipandang iri oleh sejumlah Multi Level Marketing yang berkulit partai politik menjadi bulan-bulanan daripada gerombolan tersebut. Masyarakat umum juga menjadi resah oleh partai politik yang terlalu banyak memberikan bualan-bualan, hal-hal gombal dan janji-janji surga dan lebih banyak berulah. Pihak swasta juga menjadi tidak yakin dan kerepotan akan ulah partai politik yang merasuki berbagai institusi yang seharusnya melayani dan mementingkan mereka.
Dapat dilihat juga akibatnya di lapangan sangat banyak sekali anggota-anggota bintang rendah dan menengah ikut-ikutan aksi di lapangan dari berbagai Multi Level Marketing berkulit partai politik hanya untuk mencari simpati, mengikuti para pendahulu mereka juga dengan memberikan bualan-bualan, hal-hal gombal dan janji-janji surga. Dan anggota-anggota bintang rendah dan menengah Multi Level Marketing berkulit partai politik yang berasal dari golongan yang haus jabatan dan kekayaan di dalamnya ini senantiasa memberikan teror, intimidasi, tekanan, fitnah, cercaan, hinaan, dan lain sebagainya untuk mendapatkan jabatan tersebut dan kekayaan di dalamnya.
Hal ini sudah semakin parahnya sehingga benar-benar melimbungkan tidak hanya negara tetapi juga masyarakat umum baik yang berada di swasta yang seharusnya didahulukan karena merupakan pelaku ekonomi tetapi juga pihak-pihak lain yang merasa sangat direpoti dan diberatkan oleh kehadiran Multi Level Marketing berkulit partai politik tersebut.
Oleh karena itu sangat perlu penegasan kepada semua pihak termasuk masyarakat bahwasanya ada ambang batas minimum (electoral threshold) yang merupakan syarat batas minimum suara yang diperoleh sebuah partai untuk dapat memperoleh kursi di parlemen. Sebagai keterangan ambang batas minimum (electoral threshold) pemilu tahun 2014 adalah 5%.
Namun hal ini saja tidak cukup. Ada mekanisme seleksi alam tersendiri di dalam masyarakat. Pada dasarnya masyarakat dapat merasakan mana calon-calon yang memberikan sumbangsih riil kepada mereka dan mana yang tidak. Masyarakat jangan dipaksa memilih sesuatu yang mereka ragu atau bahkan tidak yakin sama sekali. Masyarakat jangan sampai dipaksa memilih hanya karena calon-calon yang ada dari Multi Level Marketing berkulit partai politik tersebut nampaknya lucu, gayanya unik, badannya besar, suaranya kuat dan lantang tetapi tidak ada memberikan sesuatu yang bermutu kepada masyarakat lantas masyarakat dipaksa memilih salah satu daripada calon yang tidak meyakinkan tersebut. Sangat banyak pemaksaan yang melanggar hak asasi dari masyarakat dimana masyarakat dilarang untuk golput atau tidak memilih.
Bahkan ada badan yang mengharamkan golput tanpa alasan yang jelas padahal agama tidak selayaknya intervensi kebijakan masyarakat luas. Padahal hal tersebut malah memaksa masyarakat untuk BERJUDI dalam menentukan pilihannya padahal berjudi di dalam kepercayaan badan yang bersangkutan adalah sudah jelas tidak boleh.
Golput atau tidak memilih adalah hal yang sangat penting. Golput atau tidak memilih dapat dipandang metode seleksi alam untuk dapat membersihkan pilihan-pilihan masyarakat agar benar-benar memilih yang sangat meyakinkan dirinya dan menghilangkan pilihan-pilihan yang ragu atau bahkan sangat tidak meyakinkan dirinya sama sekali. Pilihan masyarakat harus didasarkan kepada keyakinan kepada calon yang bersangkutan. Dan hal ini juga untuk mencegah masyarakat untuk berjudi dalam memilih pilihannya tersebut. Dan akan terjadi seleksi alam untuk memilih hanya yang terbaik dengan membuang calon-calon dari partai politik yang sudah jelas tidak berkualitas tetapi masyarakat tetap dipaksa memilih mereka.
Hal yang jauh lebih penting lagi adalah partai-partai politik yang berkedok murni Multi Level Marketing yang suka memberikan bualan-bualan, hal-hal gombal dan janji-janji surga tanpa produk yang untuk ditawarkan kepada masyarakat akan tersisih dengan sendirinya oleh ambang batas minimum (electoral threshold) tersebut.
Ambang batas minimum (electoral threshold) juga dapat dilihat sebagai suku bunga bank sentral dalam menyikapi bubble (gelembung) ekonomi. Dimana pada hal ini di masyarakat terjadi bubble ego (gelembung) yang sama dengan omongan dan janji kosong tanpa memberika sesuatu yang jelas bermanfaat bagi masyarakat. Dan dengan adanya electoral threshold dan pemberian hak secara bebas kepada masyarakat untuk dapat tidak memilih calon-calon yang tidak meyakinkan diri mereka maka hal ini akan dapat menyisihkan calon-calon dan partai politik yang bersifat Multi Level Marketing murni yang suka memberikan bualan-bualan, hal-hal gombal dan janji-janji surga.
Hasil akhirnya adalah terpilihnya orang-orang dan partai politik yang berkualitas dan masyarakat dengan sangat meyakinkan sekali tanpa keraguan memilih mereka tanpa ada paksaan untuk berjudi dengan pilihannya sendiri.
Oleh karena itu jangan paksa masyarakat BERJUDI dengan mengharamkan golput (tidak memilih). Hal ini adalah seleksi alam dalam mengurangi para calon dan partai politik yang banyak bubble (gelembung) atau bersifat inflasi dengan banyak memberikan omongan dan janji-janji kosong tanpa memberi bukti yang solid dan riil kepada masyarakat.
Golongan Putih adalah cara mengurangi parpol Multi Level Marketing yang tak berkualitas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar